1. Musyawarah dan Mufakat
Musyawarah adalah cara mengambil keputusan bersama dengan menghargai setiap pendapat. Saat musyawarah, kita harus menerima perbedaan pendapat dengan lapang dada, bukan memaksakan pendapat sendiri. Keputusan musyawarah biasanya dilakukan untuk hal-hal seperti menentukan ketua kelas atau membagi tugas piket, tetapi tidak digunakan dalam kegiatan pribadi seperti mengerjakan ulangan. Tujuan musyawarah adalah mengambil keputusan yang adil dan bijaksana demi kepentingan bersama.
Jika pendapat kita tidak terpilih, sikap yang tepat adalah menerima hasil musyawarah dengan ikhlas, karena itulah cermin demokrasi di kelas.
2. Sejarah Perumusan Dasar Negara
Menjelang kemerdekaan, Jepang membentuk BPUPK (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) pada 1 Maret 1945. Badan ini diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat. Dalam sidang pertama, banyak tokoh menyampaikan gagasan dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Sidang kedua BPUPK kemudian menghasilkan rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Pancasila dan Pengamalannya
Pancasila adalah dasar negara kita yang terdiri dari lima sila. Lambang sila-sila Pancasila adalah:
-
Bintang → Ketuhanan Yang Maha Esa
-
Rantai Emas → Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
-
Pohon Beringin → Persatuan Indonesia
-
Kepala Banteng → Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
-
Padi dan Kapas → Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam kehidupan sehari-hari, sila pertama dapat diwujudkan dengan rajin beribadah dan menghormati orang yang berbeda agama. Sila kedua terlihat saat kita menghargai teman baru tanpa mengejek perbedaan logat. Sila ketiga dapat diterapkan dengan bergotong royong membersihkan lingkungan meskipun manfaatnya tidak dirasakan langsung oleh semua orang. Sila keempat tercermin dalam musyawarah kelas untuk menentukan kegiatan bersama dan menerima keputusan dengan ikhlas. Sila kelima dapat diwujudkan dengan membantu pekerjaan rumah agar adil, tidak hanya dibebankan pada ibu.
4. Sikap Beriman, Berakhlak, dan Gotong Royong
Sikap beriman dan bertakwa ditunjukkan dengan rajin beribadah sesuai agama masing-masing, tidak mengejek, dan tetap berteman baik meskipun berbeda agama.
Berakhlak mulia tampak dari perilaku jujur kepada orang tua dan guru, serta membantu teman yang kesulitan, misalnya menolong teman yang membawa banyak buku.
Gotong royong di sekolah bisa diwujudkan dengan membersihkan kelas bersama-sama. Manfaat gotong royong adalah pekerjaan menjadi lebih ringan dan mempererat persatuan.
5. Nasionalisme dan Patriotisme
Nasionalisme berarti mencintai tanah air, contohnya menggunakan produk dalam negeri dan menjaga budaya Indonesia.
Patriotisme berarti rela berkorban untuk bangsa. Bagi siswa, patriotisme dapat ditunjukkan dengan mengikuti upacara bendera dengan tertib, menghormati lagu kebangsaan, serta membantu kegiatan sekolah demi kebaikan bersama.
6. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia disebut makhluk sosial karena tidak bisa hidup sendiri. Setiap orang selalu membutuhkan orang lain, misalnya dalam keluarga, di sekolah, atau di masyarakat. Kerja sama, tolong-menolong, dan gotong royong menjadi bukti bahwa manusia saling bergantung satu sama lain.
7. Sejarah Singkat Lahirnya Pancasila
Pancasila lahir dari sidang BPUPK tahun 1945. Ir. Sukarno pada 1 Juni 1945 mengusulkan lima dasar negara yang kemudian dinamakan Pancasila. Setelah melalui beberapa sidang dan pembahasan, pada 18 Agustus 1945 Pancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
0 komentar:
Posting Komentar