Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Kemdikbudristek
Papan informasi situs Masjid Agung Pleret
Artikel ilmiah: Jejak Peradaban Islam di Pleret Abad XVII – Sugeng Riyanto
Wawancara penduduk sekitar Pleret (tradisi lisan)
> Assalamu’alaikum anak-anak…
Pernahkah kalian bayangkan, ada sebuah masjid agung yang dibangun oleh seorang raja… tapi tidak pernah selesai?
Tidak punya kubah. Tidak punya atap. Tidak punya menara.
Tapi sampai hari ini… tanahnya tetap dianggap suci.
Bahkan masih sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.
Inilah kisah Masjid Agung Pleret.
---
🕌 Mimpi Seorang Raja
Tahun 1649, Sultan Amangkurat I mulai membangun Kraton di Pleret. Ia ingin membuat bukan hanya istana megah, tapi juga masjid agung yang menjadi pusat peradaban Islam di Mataram.
Pembangunan dimulai dari pondasi besar. Dinding-dinding bata merah disusun tinggi. Luas masjid sekitar 2.500 meter persegi.
Masjid ini tak seperti masjid biasa. Letaknya langsung di depan kraton. Menghadap ke arah barat, dengan pelataran luas dan kolam untuk wudhu.
> “Pak, kenapa masjid ini tidak diberi atap?”
Itu pertanyaan bagus.
Karena… sebelum atap selesai dipasang, perang besar meledak.
Perlawanan Trunajaya dari Madura menghancurkan banyak bagian Pleret.
---
🔥 Perang dan Keruntuhan
Tahun 1677, pasukan Trunajaya menyerbu Pleret. Mereka membakar istana, dan masjid agung ikut hancur.
Saat itu, Sultan Amangkurat I telah wafat dan digantikan oleh Amangkurat II. Namun sang raja terpaksa melarikan diri ke arah barat, menuju Banyumas dan akhirnya Kartasura.
Masjid agung pun ditinggalkan.
> Dindingnya mulai retak.
Pondasinya ditumbuhi semak.
Namun masyarakat tetap menjaganya sebagai tempat suci.
---
🧱 Sisa yang Bertahan
Hari ini, kalau kalian berkunjung ke Situs Pleret, kalian masih bisa melihat:
Sisa dinding bata merah setinggi 1,5 meter
Sumur kuno di halaman
Kolam wudhu yang sudah dipugar
Dan susunan batu bata khas abad 17
Meskipun tidak ada atap dan tidak bisa digunakan salat, masyarakat tetap menjadikan area itu sebagai tempat berdoa dan mengenang sejarah.
> Anak-anak, inilah yang disebut perjuangan iman.
Meski tak selesai, masjid itu tetap menjadi lambang kekuatan spiritual rakyat Mataram.
---
🙌 Refleksi Nilai-Nilai
> Lihatlah betapa besar mimpi sang raja. Ia tak hanya membangun untuk dunia, tapi juga untuk akhirat.
Raja bisa saja membangun taman, kolam emas, atau patung megah. Tapi ia memilih membangun masjid.
Dan meskipun tidak jadi, tempat itu tetap dikenang ratusan tahun kemudian.
Mengapa?
Karena niat baik, meski terhenti, tetap meninggalkan jejak.
---
✊ Ajakan untuk Bertindak
Anak-anak…
> Pernahkah kalian memulai sesuatu tapi berhenti di tengah jalan?
Menulis tapi tak selesai?
Belajar tapi mudah menyerah?
Masjid Agung Pleret mengajarkan kita:
Kadang hasil tidak selalu sempurna.
Tapi semangat membangun… akan terus dikenang.
Maka, jika kalian hari ini mulai belajar, mulai salat tepat waktu, mulai menabung, mulai menolong orang…
Lanjutkan!
Kalau pun belum sempurna, yakinlah:
Allah tetap melihat niat baik kita.
---
💬 Pertanyaan Refleksi untuk Siswa:
1. Kalau kamu hidup di zaman Sultan Amangkurat, apakah kamu mau ikut membantu membangun masjid?
2. Menurutmu, kenapa masjid yang tak selesai ini tetap dianggap penting sampai sekarang?
3. Apa yang pernah kamu mulai dengan niat baik, meski belum selesai? Apa yang bisa kamu lakukan agar niat itu tetap menjadi kebaikan?
0 komentar:
Posting Komentar