Anak-anak…
Pernah nggak, kalian diminta melakukan sesuatu… tapi rasanya seperti dipaksa?
Misalnya:
-
“Kalau kamu nggak bantu, kamu egois!”
-
“Harus sekarang juga, nggak ada alasan!”
Rasanya nggak enak ya? Seperti dihujani tekanan. Hati kita jadi nggak nyaman.
Itulah bedanya komunikasi persuasif yang etis… dengan manipulasi.
🌱 FEEL – Apa yang Sering Kita Rasakan?
Kita semua pasti pernah merasa terdesak atau tidak nyaman saat diajak sesuatu dengan cara yang salah.
Kita mungkin merasa:
-
Takut dikira nggak peduli.
-
Tak enak menolak.
-
Bingung mau jawab apa.
Dan itu manusiawi. Kita semua pernah merasa begitu (feel).
🤝 FELT – Aku Pernah Mengalaminya Juga…
Bapak juga pernah mengalami hal yang sama.
Dulu, saat ada ajakan untuk ikut donasi waktu sekolah, cara menyampaikannya membuat saya merasa bersalah, bukan termotivasi.
Sampai akhirnya saya belajar…
Ternyata komunikasi itu bukan soal memaksa, tapi soal menyentuh hati dengan empati.
Saya merasa lebih ingin membantu, saat seseorang berkata:
“Aku ngerti kalau kamu mungkin belum siap sekarang. Tapi kalau kamu tahu betapa senangnya mereka menerima bantuan sekecil apa pun… mungkin kamu bisa ikut merasakan kebahagiaan itu juga.”
Nah, itu baru komunikasi yang membuat kita merasa dipahami. Dan akhirnya… mau bergerak dengan sukarela.
🔍 FOUND – Apa yang Kita Temukan?
Dari pengalaman itu, saya belajar:
👉 Komunikasi persuasif yang etis adalah komunikasi yang:
-
Tidak memaksa,
-
Tidak mengancam,
-
Tidak membuat orang merasa bersalah.
Tapi justru menyentuh sisi perasaan dan memberi ruang untuk berpikir.
Kita ajak, bukan paksa.
Kita tunjukkan manfaatnya, bukan tekan akibatnya.
✨ Contoh Narasi Persuasif yang Etis
Sekarang, perhatikan dua versi ajakan ini:
❌ “Ayo bantu donasi! Kalau kamu nggak bantu, kamu nggak peduli!”
✅ “Teman-teman… Aku tahu kadang kita bingung harus mulai dari mana. Aku juga begitu. Tapi waktu aku dengar cerita anak-anak di panti asuhan yang bahagia hanya karena satu paket susu, aku jadi merasa… aku bisa ikut berbagi sedikit kebahagiaan itu. Kalau kalian juga merasa begitu, yuk kita buat sesuatu bareng-bareng. Sekecil apa pun, itu berarti buat mereka.”
Nah, versi kedua pakai empati. Pakai hati. Dan itu jauh lebih menggerakkan, bukan?
🎯 Penutup
Anak-anak,
Saat kita berbicara, kita bisa memilih:
Mau jadi orang yang menekan… atau menginspirasi?
Kalau kalian ingin jadi pemimpin, penggerak, sahabat yang baik…
Belajarlah menggunakan kata-kata yang menyentuh, bukan menghantam.
Karena komunikasi yang baik adalah tentang memahami perasaan orang lain,
bukan memenangkan pendapat sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar