Rabu, 23 Juli 2025

Kisah Pindahnya Istana — Dari Karta Menuju Pleret


🧭 Sumber utama:

Alifah & Priswanto (2012), Jurnal Ilmiah tentang Perpindahan Pusat Pemerintahan

Arsip Kalurahan Pleret dan Museum Situs Pleret

Narasi lisan dari pemandu Museum Pleret



---

🏰 Narasi:

Bayangkan kita kembali ke masa 1600-an. Udara pagi di dataran Mataram masih segar, tapi suasana kerajaan Karta mulai tegang. Raja muda itu—Amangkurat I—baru saja dinobatkan. Ia muda, penuh ambisi, tapi juga merasa bahwa ibukota lama, Karta, sudah terlalu “sempit” untuk cita-citanya. Ia ingin lebih dari sekadar istana… ia ingin lambang kejayaan baru.

"Ini saatnya membangun wajah baru Mataram," katanya kepada para pembesar. Maka, mulailah perjalanan besar itu: memindahkan pusat kerajaan dari Karta ke Pleret.

Mengapa Pleret?

Letaknya strategis. Tanahnya subur. Dan di situlah harapan akan kejayaan baru ditanamkan. Tak lama kemudian, suara lesung dan palu memecah hening pagi. Pembangunan besar dimulai. Kraton Pleret—yang luasnya lebih dari 10 hektar—dibangun dengan tata letak istana, benteng, saluran air, dan tempat tinggal bangsawan.

Tapi tunggu… adik-adik tahu tidak?

Memindahkan istana itu bukan seperti memindahkan rumah biasa. Ini seperti mengubah peta kerajaan! Rakyat diminta pindah, sawah diganti jalan istana, dan sungai dialirkan ulang. Bayangkan betapa sibuknya Pleret waktu itu!

Beberapa tahun kemudian, Pleret menjadi wajah baru Mataram. Di sinilah para raja memerintah, rakyat berkumpul saat perayaan, dan tamu-tamu dari luar Jawa datang berkunjung.

Namun, sejarah tidak selalu berjalan lurus.

Amangkurat I memang berani dan visioner, tapi ia juga keras. Beberapa bangsawan tidak setuju. Ada yang merasa ditinggalkan, ada pula yang diam-diam merencanakan pemberontakan. Tapi itu… kita bahas di bab berikutnya.

Yang penting, anak-anak hari ini harus tahu bahwa Pleret bukan desa biasa. Dulu, di sinilah keputusan besar dibuat. Di sinilah sejarah dibangun.


---

🎙️ Bagian Persuasif:

Adik-adik tahu tidak, kadang sejarah itu seperti pohon tua. Kita cuma lihat batang dan daun yang tersisa, tapi akarnya tersembunyi. Nah, Pleret adalah akar itu. Kalau kita tidak kenal akar kita, bagaimana kita bisa tumbuh tinggi?

Mungkin sekarang kalian sering melewati Pleret begitu saja. Tapi mulai besok, coba tengok lebih dalam. Ingatlah, di bawah tanah yang kalian injak, pernah ada istana. Pernah ada raja. Pernah ada masa di mana Pleret adalah pusat dunia Jawa!


---

📸 Ilustrasi yang Disarankan (untuk buketin):

Gambar perbandingan Karta vs Pleret

Sketsa Kraton Pleret versi rekonstruksi

Peta lokasi (dari GIS atau citra udara)



---

❓ Pertanyaan Refleksi untuk Siswa SD:

1. Menurutmu, apa tantangan terbesar jika harus memindahkan pusat pemerintahan seperti Raja Amangkurat I?


2. Apa yang kamu rasakan setelah tahu bahwa desa Pleret dulunya adalah ibukota kerajaan?


3. Jika kamu jadi raja, apa yang ingin kamu bangun untuk rakyatmu?



0 komentar:

Posting Komentar